|
Kepala Distrik Iwaka, Semuel Yogi, SH.MH
|
Menjadi pegawai negeri sipil (PNS)
merupakan pilihan dan panggilan hidup seseorang. Setiap profesi atau pekerjaan
memiliki “roh”nya masing-masing yang menyebabkan profesi itu dihargai dan bermanfaat
bagi masyarakat. Rohnya PNS adalah sebagai Abdi Negara yang berarti
juga sebagai pelayan masyarakat, walaupun pada umumnya motivasi seseorang
menjadi PNS karena berpenghasilan tetap dan ada jaminan hari tua (mendapat
pensiun).
Roh melayani masyarakat tidak boleh
luntur atau hilang karena masalah karier atau penggajian PNS yang belum
sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan hidup, karena kemampuan pemerintah yang
masih terbatas. Beberapa indikasi yang menunjukkan berkurangnya roh pelayanan
ditandai dengan kasus-kasus indisipliner pegawai, disiplin yang merosot,
penyalahgunaan waktu kerja, pelayanan publik yang kurang memuaskan,
inefisiensi penggunaan keuangan negara sampai tindak korupsi, penyalahgunaan
kekuasaan dan sebagainya. Sebagian PNS bahkan harus berurusan dengan aparat
penegak hukum. Era Reformasi harusnya dibarengi dengan reformasi mental di
kalangan Abdi Negara.
Di sisi lain, ada faktor-faktor yang
mempengaruhi gaya hidup manusia masa kini antara lain berkembangnya faham materialisme
yang mengutamakan kebendaan, hedonisme atau hidup untuk
bersenang-senang, dan konsumerisme yang selalu ingin memuaskan naluri
konsumtif. Konsumerisme sudah begitu merasuk kehidupan, sehingga orang merasa
tak terpuaskan jika belum mengikuti arus iklan, memenuhi diri dengan tawaran
produksi dan memuaskan naluri konsumtifnya. Dimensi ‘having’ lebih
berperan daripada dimensi ‘being’. Orang cenderung berlomba-lomba
‘memiliki lebih’ (materi/uang) ketimbang menjadi ‘pribadi lebih’ atau ‘lebih
bermartabat’. Akibatnya, dalam bekerja orang cenderung mengabaikan semangat
pelayanan.
Abbot Lawrence Lowell, Presiden Harvard
University (1930), mengatakan hal yang menarik tentang hubungan antara
pekerjaan, uang dan pelayanan, sebagai berikut :
“Siapa pun yang memandang
pekerjaannya sebagai cara untuk menciptakan uang, sesungguhnya ia
mendegradasikan pekerjaannya sendiri. Tetapi seseorang yang melihat
pekerjaannya sebagai pelayanan kepada umat manusia, sesungguhnya ia memuliakan
pekerjaan dan dirinya sendiri”.
Tujuan
Tulisan ini bertujuan menyampaikan
sumbangan pikiran tentang bagaimana bekerja dengan roh melayani masyarakat bagi
para Abdi Negara. Sikap bekerja dengan semangat melayani merupakan salah satu
upaya reformasi mental di kalangan aparat pemerintahan untuk memperbaiki citra
PNS sebagai prasyarat menciptakan kepemerintahan yang baik ( good
governance).
Hakikat Pelayanan
Sejati
Ciri utama bekerja dengan roh melayani
adalah kecenderungan untuk selalu meletakkan kebutuhan, kepentingan dan
aspirasi orang-orang yang dilayani di atas kepentingan dirinya. Orientasinya
adalah untuk melayani, cara pandangnya holistik, dan beroperasi
dengan standar moral-spiritual. Hakikat pelayanan sejati tidak hanya
ditujukan untuk kepentingan organisasi tetapi lebih dari itu untuk kemuliaan
Tuhan Sang Pencipta. Kualitas pelayanan sejati terletak pada pelayanan terhadap
golongan masyarakat paling bawah. Pelayanan lebih diutamakan kepada masyarakat
kurang mampu yang sangat membutuhkan jasa pelayanan.
Akhir-akhir ini persaingan dalam dunia
usaha telah mendorong perusahaan-perusahaan berlomba-lomba meningkatkan
pelayanan untuk menarik pelanggan atau konsumen. Beberapa perusahaan swasta
mulai menerapkan standar pelayanan tertentu untuk meningkatkan kinerja lembaga
dan perusahaan. Tidak hanya pada kualitas pelaksanaan jasa pelayanan kepada
pelanggan tetapi juga menentukan waktu yang lebih singkat untuk suatu jasa
pelayanan. Misalnya, beberapa rumah sakit berstandar internasional telah
menetapkan waktu maksimal untuk suatu jenis pelayanan dan bila melebihi waktu
tersebut maka pasien/penderita dapat menyampaikan laporan pengaduan.
Sebaliknya, pelayanan yang buruk
seringkali menghambat pembangunan dan kemajuan daerah. Pelayanan yang buruk
antara lain terlihat pada urusan birokrasi yang berbelit-belit, tidak ada
kepastian waktu, serta pelayanan yang berorientasi mendapat imbalan tertentu.
Pelayanan yang seharusnya bertujuan memudahkan urusan, telah diubah menjadi:
“Kalau urusan bisa dipersulit, mengapa harus dipermudah”? Semboyan : “Kami ada
untuk melayani Anda” di kantor-kantor cenderung masih bersifat slogan dan belum
sepenuhnya diterapkan.
Menjadi PNS adalah menjadi Abdi Negara.
Abdi artinya hamba atau pelayan. Pegawai negeri pada dasarnya mempunyai
kewajiban melayani masyarakat. Ia mendapat gaji/penghasilan yang berasal dari
uang rakyat (pajak, APBD/N). Apabila seorang pegawai bekerja semata-mata hanya
untuk mencari penghasilan dan mengabaikan pelayanan kepada masyarakat,
sebenarnya ia sudah kehilangan “roh” sebagai Abdi Negara. Bekerja dengan melayani
masyarakat adalah “roh”nya seorang Abdi Negara.
Menjadi Lebih
Bermartabat
Sikap mental yang harus dimiliki
sebagai seorang Abdi Negara adalah menjunjung tinggi martabat diri dengan
bekerja untuk melayani masyarakat. Martabat atau harga diri seseorang
tergantung dari apa yang diperbuat untuk orang lain, bukan karena apa yang
dimilikinya. Dimensi “being” atau menjadi lebih bermartabat lebih utama
daripada dimensi “having” atau apa yang dimiliki. Sikap mental untuk selalu
memelihara martabat diri harus dilandasi keimanan dan moralitas yang luhur.
Sebagai orang beriman kita percaya bahwa dengan melayani sesama menjadikan
seseorang lebih bermartabat di hadapan sesama dan Tuhan.
Lebih baik melakukan
pekerjaan-pekerjaan kecil yang bisa meningkatkan martabat diri Anda daripada
berusaha memiliki banyak materi dengan cara-cara yang merendahkan martabat
diri. Tidak sedikit Abdi Negara yang mengakhiri masa tugas dengan kehilangan
martabat diri karena kasus-kasus hukum. Semua yang dimilikinya tidak berarti
dibandingkan dengan penderitaan karena kehilangan harga diri. Sebaliknya, tidak
sedikit Abdi Negara yang dapat mengakhiri masa tugas dengan baik karena
mengabdi tanpa cela, walaupun mereka tidak memiliki banyak harta. Kebaikan,
keutamaan dan pelayanan yang ditanam pada masa pengabdian Anda, akan menuai
kebahagiaan pada masa purnatugas. Sebaliknya bila menanam keburukan selama
bertugas, akan menuai akibat buruk pada masa purnatugas.
Talenta Untuk
Melayani Sesama
Negarawan terkemuka Sir Winston
Churchill pernah berkata tentang talenta :
“The empires of the
future will be the empires of mind.
The battles of the
future will be the battles for talents”
Sekarang umat manusia dapat merasakan
kebenaran ucapan Churchill di atas. Bangsa-bangsa di dunia sedang melakukan pertarungan
talenta melalui pendidikan, peningkatan kesehatan melalui peningkatan gizi
untuk membangun SDM berkualitas yang mampu berkompetisi dalam semua bidang
kehidupan. Kualitas SDM dengan talenta lebih penting daripada memiliki SDA, dan
bangsa-bangsa yang maju umumnya memiliki kualitas SDM lebih baik.
Setiap manusia diberi talenta (bakat)
oleh Tuhan sesuai dengan kemampuannya. Ciri-ciri dari talenta tersebut adalah
(1) diberikan sesuai kemampuan seseorang, ada yang besar, sedang dan kecil, (2)
talenta itu harus dikembangkan menjadi lebih besar dan digunakan untuk melayani
sesama, (3) talenta itu harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan, kelak pada
waktunya.
Talenta apa pun yang Tuhan berikan
kepada Anda harus dikembangkan untuk melayani orang lain atau masyarakat yang
membutuhkan. Talenta yang dikembangkan akan menjadi lebih besar dan memberi
manfaat bagi orang banyak, sebaliknya talenta yang tidak dipakai tidak ada
manfaatnya bagi diri sendiri dan orang lain. Ada orang-orang yang diberi
talenta untuk menjadi pemimpin, menjadi pengajar, peneliti, keahlian atau
keterampilan bidang teknis tertentu, kesenian, dan sebagainya. Semua talenta
itu harus dikembangkan dan dipergunakan untuk melayani masyarakat yang
membutuhkan. Makin besar talenta itu dibagikan untuk melayani orang lain, makin
besar karunia yang Tuhan berikan melalui cara-Nya sendiri.
Kepemimpinan yang
Melayani (Servant Leadership)
Mereka yang diberi talenta untuk
menjadi pemimpin harus menyadari bahwa ia adalah hamba Tuhan dan pelayan bagi
rakyat yang dimpimpinnya. Orientasi pemimpin-pelayan (Servant leader)
adalah melayani dan bekerja dengan standar moral-spiritual. Ia lebih
mengutamakan terciptanya followership (kepengikutan) daripada mengejar
kekuasaan. Profesor Robert E Kelley, pelopor pengajar Follwership and
Leadership mengatakan bahwa keberhasilan organisasi 80 persen ditentukan
oleh para pengikut (followers), selebihnya 20 persen merupakan
kontribusi pemimpin (leader). Pengikut yang bekerja dengan semangat dan
memiliki komitmen penuh akan menentukan keberhasilan tugas seorang pemimpin.
Beberapa sifat utama pemimpin-pelayan
antara lain adalah : mendorong pengikutnya untuk mengembangkan potensi
diri, selalu memelihara kontak dengan Tuhan, setia pada misi, memiliki sauh
batiniah, tahu bersyukur, membentuk dan bekerja dengan tim, melatih dan
mendidik pengganti, memberdayakan kaum perempuan, memberi tanggungjawab,
memberi teladan, melayani sesama dalam bekerja untuk kemuliaan nama Tuhan.
Menjadi Manusia Kaya
Arti
Konsep manusia kaya arti pada
prinsipnya lebih menekankan pada kontribusi (sumbangan) seseorang kepada orang
lain, lingkungan dan organisasi. Konsep ini mengandung arti lebih banyak
memberi daripada meminta atau menerima. Sebaliknya manusia miskin arti
tidak memberi kontribusi bagi orang lain, lingkungan atau organisasi. Kehadiran
manusia miskin arti hanya sekedar melengkapi jumlah dan kurang memiliki makna
bagi organisasi. Manusia berlawanan arti tidak hanya miskin arti, tetapi
juga menjadi beban bagi orang lain dan organisasi. Mereka sering melanggar
norma-norma dan aturan dalam organisasi, lebih banyak menuntut hak daripada
kewajiban. Dalam lingkungan kerja sehari-hari, kita bisa menyaksikan ada
orang-orang yang sibuk bekerja, tetapi sebagian orang tidak berbuat apa-apa dan
sebagian orang mangkir atau mengerjakan hal-hal di luar tugas pokok dan
pekerjaannya.
Menurut Harian Spokesmen Review, ada 7
sikap karyawan yang tidak disukai pimpinan, yaitu: (1) Not My Job (NMJ), tipe
karyawan macam ini selalu pintar menghindari tugas dengan alasan bukan tugasnya.
(2) Need More Money (NMM), selalu menganggap gajinya belum setimpal dengan
pekerjaannya, dan tidak mau mengakui kesejahteraan yang sudah diusahakan
pimpinan/organisasi. (3) Wastes Company Time (WCT), membuang jam kerja dengan
aktivitas yang merugikan organisasi, belanja di Mall atau urusan pribadi saat
jam kerja, pergi tanpa ijin dll. (4) Needs More Help (NMH), merasa pekerjaannya
“overload”, meski sudah dibantu pegawai lain tetap saja tugasnya tidak pernah
beres. (5) Always Complaining and Disagreeble (ACD), selalu mengeluh dan
bersikap tidak menyenangkan, baginya setiap hari adalah penderitaan dan
pekerjaan adalah siksaan. (6) Clock Watcher’s Syndrome (CWS), selalu rajin
menengok jam khususnya mendekati akhir jam bekerja, setelah makan siang tidak
banyak yang dikerjakannya kecuali menunggu saatnya pulang. (7) The Trouble
Maker (TTM), pembuat onar, suka menghambat dan menunda pekerjaan dengan alasan
lupa, mengulur-ulur waktu, benalu dalam tim dan keberadaannya menjadi beban
yang membuat laju kinerja tim terseok-seok.
Dalam ilustrasi sekelompok orang yang
sedang memikul beban, orang kaya arti benar-benar memikul beban di atas
pundaknya (“berkeringat”). Orang miskin arti tidak memikul beban tetapi
berada dalam kelompok pemikul, dan orang berlawanan arti bergelantungan pada
beban yang dipikul oleh orang lain. Maka dapat dimengerti betapa beban tugas
organisasi/negara menjadi semakin berat karena hanya sebagian anggota
menjalankan tugas dengan baik, selebihnya tidak berbuat apa-apa bahkan sebagian
hanya menjadi beban organisasi. Alangkah baiknya bila semakin banyak orang
menjadi kaya arti karena beban tugas organisasi akan menjadi lebih ringan.
Pemprov NTT dan Pemkab/Pemkot akan lebih berhasil menjalankan program-program
pembangunannya apabila banyak PNS menjadi manusia-manusia kaya arti.
Berpikir Positif
Setiap orang pasti ingin berhasil dalam
pekerjaannya dan mencapai tujuan dalam hidupnya. Kebanyakan orang yang berhasil
adalah orang-orang yang berpikir positif. Berpikir positif adalah kunci untuk
meraih sukses. Pikiran adalah asal-usul atau “nenek moyang” nya perbuatan.
Dengan berpikir positif maka banyak masalah bisa dipecahkan, karena orang yang
berpikir positif selalu berusaha mengatasi masalah dan berbuat konstruktif.
Sebaliknya orang yang berpikir negatif berusaha menghindari beban kerja,
membuat masalah baru dan cenderung destruktif. Berpikir positif jalan menuju
sukses, berpikir negatif jalan menuju kegagalan.
Tahu
Bersyukur/Berterima Kasih
Sikap tahu berterima kasih adalah sikap
yang harus dimiliki Abdi Negara karena sikap tahu berterima kasih adalah bagian
dari mentalitas Abdi Negara. Ungkapan terima kasih bisa dilakukan dengan ucapan
dan melalui perbuatan dengan bekerja lebih baik. Orang yang tahu berterima
kasih akan berusaha melakukan tugasnya dengan lebih baik dari waktu ke waktu
karena ia meyakini bahwa dengan itu ia memuliakan dirinya, organisasi dan
Tuhan. Sebaliknya orang-orang yang tidak tahu bersyukur / berterima kasih
selalu merasa tidak puas dan lebih banyak menuntut hak daripada melakukan
kewajibannya.
Menjadi Teladan
Sikap keteladanan harus dimiliki
seorang Abdi Negara karena ia adalah “pemimpin” bagi keluarga, lingkungan
masyarakat dan orang-orang dalam tanggungjawab pekerjaannya. Pemimpin di daerah
adalah Gubernur, Bupati/Walikota, dan di bawahnya ada pemimpin-pemimpin dinas,
unit kerja, kecamatan, desa sampai RT/RW. Menjadi teladan sangat penting bagi
seorang pemimpin agar ia bisa memiliki pengaruh pada para pemimpin bawahannya.
Hakikat memimpin adalah cara, seni (art) untuk mempengaruhi orang-orang yang
dipimpinnya untuk melaksanakan apa yang dikehendakinya. Untuk menjadi teladan
maka ia harus meneladankan perilaku yang baik kepada sekitarnya, menganjurkan
kebaikan itu, dan setelah itu baru bisa mengharuskan orang lain untuk
melakukan misi yang diinginkan.
Disiplin
Disiplin adalah faktor penunjang dalam
keberhasilan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi. Sulit untuk
membayangkan suatu lembaga dengan kewenangan mengelola anggaran/dana, atau
memiliki peralatan senjata untuk perang, atau kewenangan memutuskan kebijakan
penting tetapi tanpa didukung oleh displin aparatnya. Penyalahgunaan kekuasaan
selalu diawali dengan merosotnya disiplin dan peraturan dengan mudahnya
dilanggar, atau dicari celah-celahnya untuk dilanggar. Disiplin adalah nafasnya
suatu organisasi. Tanpa disiplin maka anggota dalam organisasi hanya kumpulan
orang-orang yang hanya mencari keuntungan pribadi dan organisasi itu hanya
menunggu waktunya untuk runtuh.
Disiplin dapat berupa disiplin bekerja,
disiplin mematuhi aturan/hukum, disiplin menggunakan waktu, disiplin anggaran,
disiplin menggunakan fasilitas negara, dan disiplin dalam perencanaan serta
pelaksanaan program kerja. Disiplin harus ditanamkan sejak usia dini di
sekolah, sehingga setelah orang dewasa sudah terbiasa dengan disiplin.
Menanamkan disiplin pada awalnya perlu dengan latihan-latihan yang keras untuk
mematuhi aturan. Bila sudah terbiasa hidup berdisiplin, maka beban pekerjaan
yang berat akan terasa lebih ringan.
Disiplin waktu menjadi penting dalam
bekerja karena waktu sangat berharga, sementara sebagian orang menyia-nyiakan
waktu untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. Manusia perlu melihat keberadaan
waktu dalam tiga dimensi, yaitu waktu Kronos (Yunani), waktu Kairos
dan waktu Aion. Waktu Kronos adalah waktu biasa dalam ukuran menit, jam,
hari, bulan dan tahun. Setiap orang dalam hidupnya diberi Tuhan waktu 24 jam
dalam sehari untuk dimanfaatkan. Waktu Kairos adalah waktu peluang/kesempatan
yang biasanya hanya datang sekali. Berbuatlah kebaikan, belajar, bekerja,
melayani selama ada peluang, karena jika peluang itu lewat tidak akan kembali
lagi. Jangan menunda pekerjaan selagi ada kesempatan. Waktu Aion adalah waktu
abadi, kekal, karena sebagai orang beriman kita percaya bahwa setelah kehidupan
yang fana ini ada kehidupan yang abadi dengan waktu yang tak terbatas.
Beberapa Kiat
Mengelola Waktu
Waktu adalah sesuatu yang unik yang
diberikan secara sama dan adil, 24 jam, 1.440 menit atau 86.400 detik dalam
satu hari, tanpa memandang umur ataupun kedudukan seseorang. Waktu selalu
berjalan dengan laju tertentu dan konstan, tetapi seringkali kita menganggap
“tidak mempunyai cukup waktu”. Karena kita tidak mungkin menciptakan waktu
lebih banyak lagi, maka kita wajib mengelola waktu yang diberikan Tuhan kepada
kita secara efektif dan efisien. Jika kita tidak mengelola waktu, maka
akibatnya kegiatan apa pun tidak dapat dikelola. Tetapi apabila waktu dikelola
dengan baik, akan menambah produktivitas dan kinerja organisasi.
Beberap kiat mengelola waktu secara
efektif dan efisien adalah sebagai berikut :
- Jangan membuang-buang waktu tetapi
investasikan waktu. Investasi waktu lebih berharga daripada moto yang
selama ini kita kenal : waktu adalah uang (time is money). Menginvestasikan
waktu dapat dilakukan dengan mengerjakan hal-hal yang bermanfaat untuk
masa kini dan masa depan, dan hasilnya dirasakan kemudian hari.
- Jika ingin mengelola waktu dengan
efektif maka Anda harus mengendalikan hidup Anda. Hidup yang terorganisasi
dengan baik akan memberikan waktu cukup untuk merencanakan, menentukan
prioritas, bertindak dan melanjutkan tindakan. Waktu tidak dapat ditabung
tetapi dipergunakan dengan bijaksana. Waktu sebagai peluang yang berlalu
akan hilang selamanya. Waktu tidak dapat diganti, ia tidak elastis dan
tidak mungkin kembali.
- Disiplin diri adalah kunci dalam
mengelola waktu. Disiplin dapat dilatih dengan membiasakan diri menepati
waktu yang telah direncanakan atau dijadwalkan. Mulailah dengan hal-hal kecil
seperti : “Lebih baik datang beberapa waktu sebelum acara dimulai,
daripada datang terlambat semenit.”
- Memerangi dan memenangkan waktu.
Waktu adalah sumberdaya paling langka yang apabila tidak dikelola dengan
baik maka apapun tidak dapat dikelola. Anda harus memobilisasikan diridan
orang lain dalam “perang mini” ini dan memenangkannya.
- Memanfaatkan waktu setiap menit,
jam dan hari dengan sebaik-baiknya. Orang yang bisa memanfaatkan waktu
akan lebih mudah menangkap peluang untuk kemajuan diri serta organisasi.
- Biasakan dengan agenda pribadi,
menggunakan kalender, catatan harian dan perencanaan waktu agar tidak ada
yang terlupakan.
- Jangan menunda-nunda pekerjaan
yang bisa dikerjakan hari ini. Menunda pekerjaan adalah kebiasaan yang
salah dan merupakan awal dari kegagalan.
- Memiliki waktu cadangan untuk
mengoreksi, mengevaluasi kegiatan, konsolidasi dan perencanaan kegiatan
lanjutan. Dengan waktu cadangan yang cukup kita bisa melakukan perbaikan
dan penyempurnaan serta sentuhan akhir (finishing touch) yang memberi
nilai tambah.
- Selain investasi waktu dengan
bekerja, Anda juga perlu investasi waktu dengan berdoa (Ora et Labora).
Doa-doa harian, selain ibadat bersama, akan memberi kekuatan dalam diri
dan iman Anda, yang merupakan investasi untuk kehidupan yang akan datang.
Menjadi Agen
Pembangunan
Program pembangunan yang direncanakan
oleh Pemprov atau Pemkab/Pemkot tidak akan mencapai hasil maksimal apabila
tidak didukung oleh partisipasi para PNS untuk menyukseskan program-program
tersebut. Selain program-program yang bersifat sektoral, ada kegiatan-kegiatan
lintas sektoral yang bisa dilakukan dengan melibatkan para PNS. Keterlibatan
para PNS bisa dalam bentuk perorangan, relawan, satuan tugas, kepanitiaan, atau
bentuk lain yang telah ditentukan. Dalam hal ini para PNS menjalankan misinya
sebagai Abdi Negara/pemerintah, agen pembangunan dan pelopor dalam
bidang-bidang kehidupan tertentu.
Beberapa kegiatan dalam program
pembangunan dan kemasyarakatan oleh Pemda yang bisa melibatkan para Abdi Negara
adalah sebagai berikut :
- Kegiatan di bidang perhubungan
sebagai urat nadi perekonomian daerah. Bandara El Tari dan Pelabuhan Laut
sebagai gerbang masuk ke NTT perlu mendapat perhatian dari para insan
perhubungan, seperti kebersihan, keamanan dan kenyamanan pengguna jasa,
pelayanan yang maksimal dan ramah, tanpa mengurangi kewaspadaan, serta
menciptakan kondisi yang membuat orang tertarik untuk datang ke Kupang/
NTT.
- Kegiatan peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan pengentasan kemiskinan. Ada banyak kegiatan yang bisa
dikerjakan para Abdi Negara, misalnya membantu usaha perekonomian rakyat,
mendorong sektor riil, kegiatan penanggulangan bencana alam, tim
SAR, kegiatan sosial, penyuluhan pertanian kepada masyarakat, pembuatan
akte kelahiran anak-anak kurang mampu, menyelenggarakan nikah massal, dan
lain-lain.
- Kegiatan bidang pendidikan, dengan
menjadi tenaga-tenaga pengajar/relawan pada daerah-daerah yang kekurangan
guru, bimbingan masalah budi pekerti, memberi bimbingan belajar bagi
anak-anak keluarga kurang mampu, menjadi orang tua asuh, dll
- Kegiatan bidang kesehatan, dengan
ikut memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang kesehatan/kebersihan
lingkungan, keluarga berencana (KB), jambanisasi, pencegahan DBD, abatisasi,
penyuluhan HIV/Aids, upaya mengatasi gizi buruk dll.
- Kegiatan olahraga, dengan ikut
aktif mengorganisir kegiatan olah raga di masyarakat, mencari bibit
olahragawan daerah, penyelenggaraan kejuaraan daerah dll.
- Kegiatan kesenian, dengan ikut
aktif membantu kegiatan kesenian daerah, membuat sanggar kesenian,
mengaktifkan seni musik lokal (sasando), seni budaya lokal dll
- Kegiatan pariwisata, dengan
membantu industri pariwisata di masyarakat, promosi pariwisata, membuat
buku-buku panduan wisata, dll.
- Lingkungan Hidup, dengan gerakan
menanam pohon, reklamasi pantai dengan tanaman bakau, penanaman pohon
jarak , mencegah kerusakan lingkungan.
- Kegiatan kerohanian, dengan ikut
aktif dalam kegiatan lingkungan/jemaat, kelompok doa, dan kegiatan rohani
dengan berbaur bersama masyarakat.
- Kegiatan bidang pertahanan dan
keamanan, dengan ikut aktif dalam kegiatan keamanan lingkungan di
permukiman, siskamling, early warning, early detection system, dll.
- Kegiatan pendidikan politik,
dengan memberi penyuluhan tentang pemilu, hak dan kewajiban politik,
kesadaran memilih dalam pilkada dan pemilu, mencegah berkembangnya
golongan putih (golput) dan sebagainya.
Penutup
Bekerja dengan roh melayani masyarakat
bukan sesuatu yang merendahkan diri, tetapi justru memuliakan diri sendiri,
pekerjaan, organisasi dan Tuhan. Sebagai Abdi Negara kita patut membalas apa
yang sudah kita terima dari Tuhan melalui negara/pemda tempat kita mengabdi
dengan bekerja melayani masyarakat yang memerlukan jasa kepelayanan kita.
Dengan melayani masyarakat kita telah ikut memberi kontribusi positif bagi
keberhasilan program-program kerja pemda menuju masyarakat yang lebih sejahtera
dan bermartabat.
Tuhan memberkati.(Suara Iwaka)